Pada mereka yang tersia-sia malamnya..
“Lihatlah hari ini, sebab ia adalah kehidupan, kehidupan dari kehidupan. Dalam sekejap dia telah melahirkan berbagai hakikat dari wujudmu. Nikmat pertumbuhan. Pekerjaan yg indah. Indahnya kemenangan. Kerana hari kelmarin tak lebih dari sebuah mimpi, dan esok hari hanyalah bayangan. Namun hari ini ketika anda hidup sempurna telah membuat hari kelmarin sebagai impian yg indah. Setiap hari esok adalah bayangan yg penuh harapan. Maka lihatlah hari ini”. - Kalidasa.
Wahai orang-orang yang terpejam matanya, perkenankanlah kami, manusia-manusia malam menuliskan sebuah surat cinta kepadamu. Seperti halnya cinta kami pada waktu malam-malam yang kami kait di sepertiga terakhir, atau seperti cinta kami pada keagungan dan rahsianya yang penuh pesona. Kami tahu dirimu bersusah payah lepas tengah hari berharap intan dan mutiara dunia. Namun kami tak perlu bersusah payah, sebab malam-malam kami berhiaskan intan dan mutiara dari syurga.
“Lihatlah hari ini, sebab ia adalah kehidupan, kehidupan dari kehidupan. Dalam sekejap dia telah melahirkan berbagai hakikat dari wujudmu. Nikmat pertumbuhan. Pekerjaan yg indah. Indahnya kemenangan. Kerana hari kelmarin tak lebih dari sebuah mimpi, dan esok hari hanyalah bayangan. Namun hari ini ketika anda hidup sempurna telah membuat hari kelmarin sebagai impian yg indah. Setiap hari esok adalah bayangan yg penuh harapan. Maka lihatlah hari ini”. - Kalidasa.
Wahai orang-orang yang terpejam matanya, perkenankanlah kami, manusia-manusia malam menuliskan sebuah surat cinta kepadamu. Seperti halnya cinta kami pada waktu malam-malam yang kami kait di sepertiga terakhir, atau seperti cinta kami pada keagungan dan rahsianya yang penuh pesona. Kami tahu dirimu bersusah payah lepas tengah hari berharap intan dan mutiara dunia. Namun kami tak perlu bersusah payah, sebab malam-malam kami berhiaskan intan dan mutiara dari syurga.
Wahai orang-orang yang terlelap, sungguh nikmat malam-malammu. Gelapnya yang pekat membuat matamu tak mampu melihat kuasa cahaya yang tersembunyi di sebaliknya. Sunyi sepinya membuat dirimu hanyut tak menghiraukan seruan cinta. Dinginnya yang merasuk semakin membuat dirimu terlena, menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya. Aduhai kau sangat menikmatinya.
Wahai orang-orang yang terlena, ketahuilah, kami tidak seperti dirimu!!
Yang setiap malam terpejam matanya, yang terlelap pulas tak terkira. Atau yang terlena oleh suasananya yang begitu menggoda. Kami tidak seperti dirimu!! Kami adalah para perindu kamar di syurga. Tak pernahkah kau dengar Sang Insan Kamil, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya di syurga itu ada kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar. Disediakan untuk mereka yang memberi makan orang-orang yang memerlukannya, menyebarkan salam serta mendirikan solat pada saat manusia terlelap dalam tidur malam.”
Sudahkah kau dengar tadi? Ya, sebuah kamar yang menakjubkan untuk kami dan orang-orang yang mendirikan solat pada saat manusia-manusia yang lain tertutup mata dan hatinya.
Wahai orang-orang yang keluarganya hampa cinta, kau pasti pernah mendengar namaku disebut. Aku Abu Hurairah, Periwayat Hadith. Kerinduanku akan sepertiga malam adalah hal yang tak terperi. Penghujung malam adalah kenikmatanku terbesar. Tapi tahukah kau? Kenikmatan itu tidak serta merta kukecap sendiri. Kubagi malam-malamku yang penuh syahdu itu menjadi tiga. Satu untukku, satu untuk isteriku tercinta dan satu lagi untuk pelayan yang aku kasihi. Jika salah satu dari kami selesai mendirikan solat, maka kami bersegera membangunkan yang lain untuk menikmati bahagiannya. Subhanallah, tak tergerakkah dirimu? Pedulikah kau pada keluargamu? Adakah kebaikan yang kau inginkan dari mereka? Sekadar untuk membangunkan orang-orang yang paling dekat denganmu, keluargamu?
Lain lagi dengan aku, Nuruddin Mahmud Zanki. Sejarah mencatatku sebagai Sang Penakluk kesombongan pasukan salib. Suatu kali seorang ulama tersohor Ibnu Katsir mengomentari diriku, katanya, "Nuruddin itu ketagihan solat malam, banyak berpuasa dan berjihad dengan akidah yang benar." Kemenangan demi kemenangan aku raih bersama pasukanku. Bahkan pasukan musuh itu terlibat dalam sebuah perbincangan seru. Kata mereka, "Nuruddin Mahmud Zanki menang bukan kerana pasukannya yang banyak. Tetapi lebih kerana dia mempunyai rahsia bersama Tuhan". Aku tersenyum, mereka memang benar. Kemenangan yang kuraih adalah kerana do’a dan solat-solat malamku yang penuh kekhusyukan. Tahukah kau dengan orang yang selalu setia mendampingiku? Dialah Isteriku tercinta, Khotun binti Atabik. Dia adalah istrei solehah di mataku, terlebih di mata Allah. Malam-malam kami adalah malam penuh kemesraan dalam bingkai Tuhan.
Gemerisik dedaunan dan desahan angin seakan menjadi pernak-pernik kami saat mendung di mata kami jatuh berderai dalam sujud kami yg panjang. Kuceritakan padamu suatu hari ada kejadian yang membuat belahan jiwaku itu tampak murung. Kutanyakan padanya apa gerangan yang membuatnya resah. Ya Allah, ternyata dia tertidur, tidak bangun pada malam itu, sehingga kehilangan kesempatan untuk beribadah. Astaghfirullah, aku menyesal telah membuat dia kecewa. Segera setelah peristiwa itu kubayar saja penyesalanku dengan mengangkat seorang pegawai khusus untuknya. Pegawai itu kuperintahkan untuk memukul beduk agar kami terbangun di sepertiga malamnya.
Wahai orang-orang yang terbuai, Kau pasti mengenalku dalam kisah pembebasan Al Aqsa, rumah Allah yang diberkati. Akulah pengukir tinta emas itu, seorang Panglima Perang, Salahuddin Al-Ayyubi. Orang-orang yang hidup di zamanku mengenalku tak lebih dari seorang Panglima yang selalu menjaga solat berjama’ah. Kesenanganku adalah mendengarkan bacaan Al-Qur’an yang indah dan syahdu. Malam-malamku adalah saat yang paling kutunggu. Saat-saat dimana aku bercengkerama dengan Tuhanku. Sedangkan siang hariku adalah perjuangan-perjuangan nyata, pengejawantahan cintaku pada-Nya.
Wahai orang-orang yang masih saja terlena, Pernahkah kau mendengar kisah penaklukan Konstantinopel? Akulah orang dibalik penaklukan itu, Sultan Muhammad Al-Fatih. Aku sangat lihai dalam memimpin bala tentaraku. Namun tahukah kau bahawa sehari sebelum penaklukan itu, aku telah memerintahkan kepada pasukanku untuk berpuasa pada siang harinya. Dan saat malam tiba, kami laksanakan solat malam dan munajat penuh harap akan pertolongan-Nya. Jika Allah memberikan kematian kepada kami pada siang hari disaat kami berjuang, maka kesyahidan itulah harapan kami terbesar. Biarlah siang hari kami berada di ujung kematian, namun sebelum itu, di ujung malamnya Allah temukan kami berada dalam kehidupan. Kehidupan dengan menghidupi malam kami.
Wahai orang-orang yang gelap mata dan hatinya, Pernahkah kau dengar kisah Penduduk Basrah yang kekeringan? Mereka sangat merindukan air yang keluar dari celah-celah awan. Sebab terik matahari terasa sangat menyengat, padang pasir pun semakin kering dan tandus. Suatu hari mereka sepakat untuk mengadakan Solat Istisqo yang langsung dipimpin oleh seorang ulama di masa itu. Ada wajah-wajah besar yang turut serta di sana, Malik bin Dinar, Atho’ As-Sulami, Tsabit Al-Bunani. Solat dimulai, dua rakaat pun selesai. Harapan terbesar mereka adalah hujan-hujan yang penuh barkah. Namun waktu terus beranjak siang, matahari kian meninggi, tak ada tanda-tanda hujan akan turun. Mendung tak datang, langit membisu, tetap cerah dan biru. Dalam hati mereka bertanya-tanya, adakah dosa-dosa yang kami lakukan sehingga air hujan itu tertahan di langit? Padahal kami semua adalah orang-orang terbaik di negeri ini? Solat demi solat Istisqo didirikan, namun hujan tak kunjung datang.
Hingga suatu malam, Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani terjaga di sebuah masjid. Saat malam itulah, aku, Maimun, seorang pelayan, berwajah kuyu, berkulit hitam dan berpakaian usang, datang ke masjid itu. Langkahku menuju mihrab, kuniatkan untuk solat Istisqo sendirian, dua orang terpandang itu mengamati gerak gerikku. Setelah solat, dengan penuh kekhusyukan kutengadahkan tanganku ke langit, seraya berdo’a:
“Tuhanku, betapa banyak hamba-hamba-Mu yang berkali-kali datang kepada-Mu memohon sesuatu yang sebenarnya tidak mengurangi sedikitpun kekuasaan-Mu. Apakah ini kerana apa yang ada pada-Mu sudah habis? Ataukah perbendaharaan kekuasaan-Mu telah hilang? Tuhanku, aku bersumpah atas nama-Mu dengan kecintaan-Mu kepadaku agar Engkau berkenan memberi kami hujan secepatnya.”
Lalu apa gerangan yang terjadi? Angin langsung datang bergemuruh dengan cepat, mendung tebal di atas langit. Langit seakan runtuh mendengar do’a seorang pelayan ini. Do’aku dikabulkan oleh Tuhan, hujan turun dengan derasnya, membasahi bumi yang tandus yang sudah lama merindukannya.
Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani pun terhairan-hairan dan kau pasti juga hairan bukan? Aku, seorang budak miskin harta, yang hitam pekat, mungkin lebih pekat dari malam-malam yang kulalui. Hanya manusia biasa, tapi aku menjadi sangat luar biasa kerana doaku yang makbul dan malam-malam yang kupenuhi dengan tangisan dan taqarrub pada-Nya.
Wahai orang-orang yang masih saja terpejam, Penghujung malam adalah detik-detik termahal bagiku, Imam Nawawi. Suatu hari muridku menanyakan kepadaku, bagaimana aku bioleh menciptakan berbagai karya yang banyak?
Bila aku beristirahat, bagaimana aku mengatur tidurku? Lalu kujelaskan padanya, “Jika aku mengantuk, maka aku hentikan solatku dan aku bersandar pada buku-bukuku sejenak. Selang beberapa waktu jika telah segar kembali, aku lanjutkan ibadahku.” Aku tahu kau pasti berfikir bahawa hal ini sangat sulit dijangkau oleh akal sihatmu. Tapi lihatlah, aku telah melakukannya, dan sekarang kau boleh menikmati karya-karyaku.
Wahai orang-orang yang masih saja terlena, Pernahkah kau mendengar kisah penaklukan Konstantinopel? Akulah orang dibalik penaklukan itu, Sultan Muhammad Al-Fatih. Aku sangat lihai dalam memimpin bala tentaraku. Namun tahukah kau bahawa sehari sebelum penaklukan itu, aku telah memerintahkan kepada pasukanku untuk berpuasa pada siang harinya. Dan saat malam tiba, kami laksanakan solat malam dan munajat penuh harap akan pertolongan-Nya. Jika Allah memberikan kematian kepada kami pada siang hari disaat kami berjuang, maka kesyahidan itulah harapan kami terbesar. Biarlah siang hari kami berada di ujung kematian, namun sebelum itu, di ujung malamnya Allah temukan kami berada dalam kehidupan. Kehidupan dengan menghidupi malam kami.
Wahai orang-orang yang gelap mata dan hatinya, Pernahkah kau dengar kisah Penduduk Basrah yang kekeringan? Mereka sangat merindukan air yang keluar dari celah-celah awan. Sebab terik matahari terasa sangat menyengat, padang pasir pun semakin kering dan tandus. Suatu hari mereka sepakat untuk mengadakan Solat Istisqo yang langsung dipimpin oleh seorang ulama di masa itu. Ada wajah-wajah besar yang turut serta di sana, Malik bin Dinar, Atho’ As-Sulami, Tsabit Al-Bunani. Solat dimulai, dua rakaat pun selesai. Harapan terbesar mereka adalah hujan-hujan yang penuh barkah. Namun waktu terus beranjak siang, matahari kian meninggi, tak ada tanda-tanda hujan akan turun. Mendung tak datang, langit membisu, tetap cerah dan biru. Dalam hati mereka bertanya-tanya, adakah dosa-dosa yang kami lakukan sehingga air hujan itu tertahan di langit? Padahal kami semua adalah orang-orang terbaik di negeri ini? Solat demi solat Istisqo didirikan, namun hujan tak kunjung datang.
Hingga suatu malam, Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani terjaga di sebuah masjid. Saat malam itulah, aku, Maimun, seorang pelayan, berwajah kuyu, berkulit hitam dan berpakaian usang, datang ke masjid itu. Langkahku menuju mihrab, kuniatkan untuk solat Istisqo sendirian, dua orang terpandang itu mengamati gerak gerikku. Setelah solat, dengan penuh kekhusyukan kutengadahkan tanganku ke langit, seraya berdo’a:
“Tuhanku, betapa banyak hamba-hamba-Mu yang berkali-kali datang kepada-Mu memohon sesuatu yang sebenarnya tidak mengurangi sedikitpun kekuasaan-Mu. Apakah ini kerana apa yang ada pada-Mu sudah habis? Ataukah perbendaharaan kekuasaan-Mu telah hilang? Tuhanku, aku bersumpah atas nama-Mu dengan kecintaan-Mu kepadaku agar Engkau berkenan memberi kami hujan secepatnya.”
Lalu apa gerangan yang terjadi? Angin langsung datang bergemuruh dengan cepat, mendung tebal di atas langit. Langit seakan runtuh mendengar do’a seorang pelayan ini. Do’aku dikabulkan oleh Tuhan, hujan turun dengan derasnya, membasahi bumi yang tandus yang sudah lama merindukannya.
Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani pun terhairan-hairan dan kau pasti juga hairan bukan? Aku, seorang budak miskin harta, yang hitam pekat, mungkin lebih pekat dari malam-malam yang kulalui. Hanya manusia biasa, tapi aku menjadi sangat luar biasa kerana doaku yang makbul dan malam-malam yang kupenuhi dengan tangisan dan taqarrub pada-Nya.
Wahai orang-orang yang masih saja terpejam, Penghujung malam adalah detik-detik termahal bagiku, Imam Nawawi. Suatu hari muridku menanyakan kepadaku, bagaimana aku bioleh menciptakan berbagai karya yang banyak?
Bila aku beristirahat, bagaimana aku mengatur tidurku? Lalu kujelaskan padanya, “Jika aku mengantuk, maka aku hentikan solatku dan aku bersandar pada buku-bukuku sejenak. Selang beberapa waktu jika telah segar kembali, aku lanjutkan ibadahku.” Aku tahu kau pasti berfikir bahawa hal ini sangat sulit dijangkau oleh akal sihatmu. Tapi lihatlah, aku telah melakukannya, dan sekarang kau boleh menikmati karya-karyaku.
Wahai orang-orang yang tergoda, Begitu kuatkah syaitan mengikat tengkuk lehermu saat kau tertidur pulas? Ya, sangat kuat, tiga ikatan di tengkuk lehermu!! Dia lalu menepuk setiap ikatan itu sambil berkata, “Hai manusia, Engkau masih punya malam panjang, kerana itu tidurlah!!”. Hei, Sedarlah, sedarlah, jangan kau dengarkan dia, itu tipu muslihatnya! Syaitan itu berbohong kepadamu. Maka bangunlah, bangkitlah, kerahkan kekuatanmu untuk menangkal godaannya. Sebutlah nama Allah, maka akan lepas ikatan yang pertama. Kemudian, berwudhu'lah, maka akan lepas ikatan yang kedua. Dan yang terakhir, solatlah, solat seperti kami, maka akan lepaslah semua ikatan-ikatan itu.
Wahai orang-orang yang masih terlelap, Masihkah kau menikmati malam-malammu dengan kepulasan? Masihkah? Adakah tergerak hatimu untuk bangkit, bersegera, mendekat kepada-Nya, bercengkerama dengan-Nya, memohon keampunan-Nya, meski hanya 2 rakaat? Tidakkah kau tahu, bahwa Allah turun ke langit bumi pada 1/3 malam yang pertama telah berlalu. Tidakkah kau tahu, bahawa Dia berkata, "Akulah Raja, Akulah Raja, siapa yang memohon kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku akan Kuberi, dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan Ku ampuni." Dia terus berkata demikian, hingga fajar merekah.
Wahai orang-orang yang terbujuk rayu dunia, Bagi kami, manusia-manusia malam, dunia ini sungguh tak ada ertinya. Malamlah yang memberi kami kehidupan sesungguhnya. Sebab malam bagi kami adalah malam-malam yang penuh cinta, sarat makna. Masihkah kau terlelap? Apakah kau menginginkan kehidupan sesungguhnya? Maka ikutilah jejak kami, manusia-manusia malam. Kelak kau akan temukan cahaya di sana, di waktu sepertiga malam. Namun jika kau masih ingin terlelap, menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya, maka surat cinta kami ini sungguh tak berarti apa-apa bagimu. Semoga Allah mempertemukan kita di sana, di syurga-Nya, mendapati dirimu dan diri kami dalam kamar-kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar.
Semoga…
-ibnumustafa-Wahai orang-orang yang masih terlelap, Masihkah kau menikmati malam-malammu dengan kepulasan? Masihkah? Adakah tergerak hatimu untuk bangkit, bersegera, mendekat kepada-Nya, bercengkerama dengan-Nya, memohon keampunan-Nya, meski hanya 2 rakaat? Tidakkah kau tahu, bahwa Allah turun ke langit bumi pada 1/3 malam yang pertama telah berlalu. Tidakkah kau tahu, bahawa Dia berkata, "Akulah Raja, Akulah Raja, siapa yang memohon kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku akan Kuberi, dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan Ku ampuni." Dia terus berkata demikian, hingga fajar merekah.
Wahai orang-orang yang terbujuk rayu dunia, Bagi kami, manusia-manusia malam, dunia ini sungguh tak ada ertinya. Malamlah yang memberi kami kehidupan sesungguhnya. Sebab malam bagi kami adalah malam-malam yang penuh cinta, sarat makna. Masihkah kau terlelap? Apakah kau menginginkan kehidupan sesungguhnya? Maka ikutilah jejak kami, manusia-manusia malam. Kelak kau akan temukan cahaya di sana, di waktu sepertiga malam. Namun jika kau masih ingin terlelap, menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya, maka surat cinta kami ini sungguh tak berarti apa-apa bagimu. Semoga Allah mempertemukan kita di sana, di syurga-Nya, mendapati dirimu dan diri kami dalam kamar-kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar.
Semoga…
2 comments:
thanks kerana mengingati...
kreatifkan gaya penulisan supaya tidak terlalu panjang berjela
To yuzz9071: Thanks too.. semoga same2 mendapat hidayah dan kemapunan dariNya.. emm saya x reti nak tulis pendek2, tengokla kalau bercakap pun mesti panjang berjela.. hehe
Post a Comment