PERKARA 19: Setiap orang adalah berhak kepada kebebasan pendapat dan mengeluarkan fikiran; hak ini termasuklah kebebasan memegang pendapat tanpa gangguan dan menuntut, menerima dan menyebarkan maklumat dan buah fikiran melalui sebarang media dan tanpa mengira sempadan. - Universal Declaration of Human Rights (OHCHR)

Saturday, August 9, 2008

SEJARAH AL-QURAN HINGGA BERBENTUK MUSHAF

Ditinjau dari segi bahasa (etimologi), Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang bererti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang".

Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qaraa yang ertinya membaca;


Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:

“Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizatyang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir di mana membacanya termasuk ibadah”.

Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:

"Al-Quran adalah firman Allah SWT yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir yang dimulai dengan surah Al Fatihah (bermaksud - pembukaan: Memohon taufiq dan hidayah ke jalan lurus dari Allah SWT) dan ditutup dengan surah An-Nas (Memohon perlindungan daripada godaan syaitan dari Allah SWT )"

Demikian pula firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW seperti Hadith Qudsi, tetapi tidak termasuk Al-Qur'an.

Pembahagian Al-Qur'an, Surah dan Ayat.

Al-Qur'an terdiri atas 114 bahagian yang dikenal dengan nama surah. Total jumlah ayat dalam Al-Qur'an mencapai 6236 ayat di mana jumlah ini dapat bervariasi menurut pendapat tertentu namun bukan disebabkan perbedaan isi melainkan karena cara/aturan menghitung yang diterapkan. Surah-surah yang panjang terbagi lagi atas sub bahagian lagi yang disebut ruku' yang membahas tema atau topik tertentu.

Makkiyah dan Madaniyah

Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surah dapat dibahagi kepada surah-surah Makkiyah (surah Mekkah) dan Madaniyah (surah Madinah).

Pembahagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surah dan ayat tertentu di mana surah-surah yang turun sebelum Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah digolongkan surah Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surah Madaniyah.

Menurut ukuran surah

Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surah-surah yang ada didalam Al-Qur’an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:

* As Sab’uththiwaal (tujuh surah yang panjang). Yaitu Surah Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-idah dan Yunus


* Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya


* Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan sebagainya


* Al Mufashshal (surah-surah pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan sebagainya


PENURUNAN AL-QUR'AN

Penurunan Al-Qur'an terjadi secara beransur-ansur selama 23 tahun. Para ulama membahagi masa turun ini dibahagi menjadi 2 period, yaitu period Mekkah dan period Madinah. Period Mekkah berlangsung selama 13 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surah-surah yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan period Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surah yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.

Penulisan Al-Qur'an dan perkembangannya

Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Kemudian pembukuannya dilakukan pada zaman khalifah Uthman bin Affan.

Pengumpulan Al-Qur'an di masa Rasullulah SAW

Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.

PENGUMPULAN AL-QUR'AN DI MASA KHULAFA UR RASYIDIN


Pada masa pemerintahan Abu Bakar

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an (70 orang). Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat bimbang akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafsah yang juga isteri Nabi Muhammad SAW.

PADA MASA PEMERINTAHAN UTSMAN BIN AFFAN - PEMBUKUAN

Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Uthman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbezaan dialek (lahjah) antara suku yang berasal dari daerah yang berbeza. Hal ini menimbulkan kebimbangan Utsman sehingga ia mengambil keputusan untuk membukukan sebuah mushaf standard (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan panduan berikut:)

1) Mengambil pedoman kepada bacaan mereka yang hafal Al-Quran

2) Jika ada perbedaan dialek/lahjah-qiraah, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka.

Standard tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (resam) Uthmani yang digunakan hingga saat ini. Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Daud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang sohih:

Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'."

Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam.

Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah di Madinah (mushaf al-Imam).

PADA MASA PEMERINTAHAN MUAWIYAH - PEMELIHARAAN MAKSUD AYAT-AYAT AL-QURAN

Tanda titik pada ayat-ayat Al-Quran Tujuan Pemeliharaan makna/maksud ayat-ayat Al-Quran, Ulama yang bertanggungjawab tugas berkenaan ialah Abu Al-Aswad Adhuali meletakkan titik- titik pada ayat –ayat al-Quran bagi mengelakkan salah bacaan yang menyebabkan perubahan makna /maksud ayat ini lanjutan daripada beberapa peristiwa yang terjadi pada zaman Muawiyah apabila utusannya dibunuh akibat tersalah baca bacaan huruf oleh pihak penerima utusan. Contoh titik seperti pada huruf-huruf “ba, ta, ,sa dan sebagainya seperti yang kita lihat pada Quran hari ini.


Dengan kata lain tanda titik-titik tersebut langsung tidak menyentuh huruf-huruf Quran sepertimana dapat dilihat pada Quran hari ini.

Pada masa pemerintahan Daulah Abbasiah - memperindahkan lagi dengan tanda baris atas, bawah hadapan dan sebagainya sepertimana dilihat pada Quran Resam Uthmani hari ini tujuannya demi memelihara maksud ayat-ayat suci Al-Quran. Titik-titik dan tanda baris selain fungsinya sebagai panduan bacaan yang betul - memelihara maksud ayat-ayat suci juga sepertimana ukiran-ukiran pada lembaran al-quran sebagai pengindahan ukiran pada Al-Quran.

Titik, tanda dan ukiran tidaklah merubah walaupun satu huruf kerana Titik, tanda dan ukiran tidak menyentuh huruf, oleh itu huruf asalnya terpelihara hingga ke hari kiamat sepertimana jaminan daripada Allah SWT.
AL QURAN RESAM UTHMANI

Hukum tajwid dan penggunaan tanda-tanda bacaan ayat-ayat suci Al-Quran adalah menurut Tariq Syatibi daripada riwayat Hafs b. Sulaiman Ibn Al-Mughirah al-Asadi Al-Kufi bagi Qiraat ‘Asim b. Abi an Najwad Al-Kufi At-Tabii’ daripada Abi abdul Rahman Abdullah b. Habib As-Sulami daripada Uthman b Affan dan Ali b Abi Talib dan Zaid b. Thabit dan Ubaiy b. Kaab. Keempat sahabat nabi ini menerimanya daripada Nabi Muhammad SAW.

Al Quran resam Uthmani yang ada pada umat muslimin sekarang ini tiada suatu perubahan hurufpun sepertimana dijelaskan sejarah Quran zaman Khaifah Ur Rasyidin, Muawiyah dan Abbasiyah semuanya bertujuan memelihara ayat-ayat suci al-Quran, ini menyangkal golongan yang mengatakan Tahrif pada Quran dan sesungguhnya Al-Quran adalah dipelihara Allah sejak di Luh Mahfuz hingga hari qiamat secara tulisan dan hafalan-hafalan kaum muslimin(para hafiz) di seluruh dunia.

Surah ke-15 ayat 9 :

“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al Quran dan Kami pulalah yang tetap memeliharanya.”

Surat ke-18 ayat 27 :

“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu yaitu Kitab Tuhanmu (Quran). Tidak ada seorangpun yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari pada-Nya.”


RUJUKAN :
1.Ust. Hassan Mahmud al Hafiz; Ilmu Tajwid Al Quran, Pustaka Al Mizan, cetakan ke 6; 1992
2. Jalaluddin As Suyuti : Riwayat Turunnya Ayat-ayat Quran, Pustaka Darul Fikir
3. Hj Abdul Qadir Leong : Tajwid Al Quran Resam Othmani, Pustaka Salam sdn bhd. 1998
4. Prof. Dr. H. Mahmud Yunus; Klang Book Centre, Cetakan 1 1992

No comments: